Catatan

Tunjukkan catatan dari September, 2015

Hadis-Hadis Mengenai Solat Sunat Fajar

1-Daripada Aisyah r.a daripada Nabi SAW, bersabda: رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا “Dua rakaat (sebelum solat) fajar (subuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Muslim no. 725) 2-Daripada Aisyah r.a dia berkata: لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى شَيْءٍ مِنْ النَّوَافِلِ أَشَدَّ مِنْهُ تَعَاهُدًا عَلَى رَكْعَتَيْ الْفَجْر ِ “Nabi SAW tidak pernah sangat tekun mengerjakan suatu solat sunnah sebagaimana tekunnya baginda mengerjakan solat dua raka’at fajar”. (HR. Al-Bukhari no. 1169) 3-Hafshah Umul Mukminin r.a dia berkata: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا سَكَتَ الْمُؤَذِّنُ مِنْ الْأَذَانِ لِصَلَاةِ الصُّبْحِ وَبَدَا الصُّبْحُ رَكَعَ رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ تُقَامَ الصَّلَاة ُ “Jika muazzin selesai azan solat subuh (kedua) dan subuhpun telah nampak, Rasulullah SAW melakukan solat dua rakaat yang ringan sebelum solat ditegakkan.” (HR. Muslim no. 723)

Munafik

Orang munafik adalah orang yang menzahirkan Islam tetapi menyembunyikan kekufuran. Allah ta'ala banyak menyebutkan sifat-sifat mereka di dalam Al-Qur'an. Ini kerana kejahatan mereka tersembunyi dan tidak jelas seperti orang kafir. Ini disebabkan mereka berada di kalangan orang Islam. Allah ta'ala berfirman: وإن تصبهم سيئة يقولوا هذه من عندك "Apabila mereka ditimpa dengan sesuatu yang buruk, mereka berkata: (KEBURUKAN) ini adalah DARIPADA ENGKAU (iaitu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam)." [An-Nisa':78] Seorang ulama berkata: كان المنافقون إذا وقعت مصيبة في الدنيا أو الدين ألحقوها بخير المرسلين ﷺ، يفرحون بالمصائب لتشويه الخصوم "Dahulu, orang-orang munafik apabila terjadi suatu musibah samada musibah dunia atau musibah agama, mereka akan menghubunkannya kepada sebaik-baik Rasul (Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam).  Mereka bergembira dengan musibah-musibah yang terjadi untuk memburukkan musuh-musuh mereka (yang terdiri daripada kaum Mu

TAQWA JAMINANNYA SYURGA

Abu Umamah Shadi bin ‘Ajlan Al-Bahili RA berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW berpidato di Haji Wada’, اِتَّقُوْا اللَّهَ وَصَلُّوْا خَمْسَكُمْ، وَصُوْمُوْا شَهْرَكُمْ، وَأَدَّوْا زَكَاةَ أَمْوَالِكُمْ، وَأَطِيْعُوا أُمَرَاءَكُمْ، تَدْخُلُوْا جَنَّةَ رَبِّكُمْ ”Bertaqwalah kalian kepada Allah, shalatlah yang lima waktu, puasalah di bulan kalian, tunaikan zakat harta kalian, dan taatilah pemimpin kalian, nescaya kalian akan memasuki syurga Tuhan kalian”. (Hadith Riwayat At-Tirmidzi) اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ ، وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ “Bertaqwalah kepada Allah di mana pun engkau berada. Iringilah perbuatan buruk dengan kebaikan, maka perbuatan baik itu akan menghapuskannya, dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik. (Hadith Riwayat At-Tirmidzi) عن أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ  ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " الإِسْلامُ عَلانِيَةٌ ، وَالإِيمَانُ فِي الْقَلْبِ "

Memasuki Syurga Tanpa Hisab

Nabi Muhammad SAW bersabda tentang masuk syurga tanpa hisab dan tanpa azab. Baginda bersabda maksudnya : “Beberapa umat ditampakkan kepadaku, lalu kulihat seorang nabi bersama beberapa orang, ada seorang nabi bersama satu atau dua orang, dan ada seorang nabi yang tidak disertai siapapun. Tiba-tiba ditampakkan kepadaku satu golongan dalam jumlah yang amat banyak, sehingga aku mengira mereka adalah umatku. Maka ada yang memberitahukan kepadaku, ‘Ini adalah Musa dan kaumnya.’   Aku melihat lagi, ternyata di sana ada jumlah yang lebih ramai lagi. Ada yang memberitahukan kepadaku, ‘Itulah umatmu, tujuh puluh ribu orang di antara mereka masuk syurga tanpa hisab dan tanpa azab.’   Kemudian baginda bangkit dan masuk rumah. Maka orang-orang berkumpul bersama orang-orang yang sudah berkumpul. Sebagian mereka mengatakan, ‘Barangkali mereka adalah para sahabat Rasululluh SAW.’ Sebagian yang lain mengatakan, ‘Boleh jadi mereka adalah orang-orang yang dilahirkan dalam Islam dan tidak menyekutuka

Jiwa Manusia Jadi Kuat Bila HATI

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتهُ بِسْمِ  ٱللَّهِ  ٱلرَّحْمَـنِ  ٱلرَّحِيم Jiwa manusia jadi kuat bila HATI... Ada keimanan yang dinamik (menggerak dan menjana perubahan diri) وَلَـٰكِنَّ اللَّـهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ ۚ أُولَـٰئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ ﴿٧﴾ ...tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. (Al-Hujuraat: 7) Keimanan membentuk dan mencorakkan jiwa seorang mukmin bahkan menjana sikap berkonfrontasi terhadap kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan Keimanan menjadikan jiwa yang kuat berpegang teguh dengan tali Allah ta'ala. لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَن يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللَّـهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُر

Ilmu Dan Rasa Takut

Ilmu bukanlah diukur dengan banyaknya seseorang berbicara masalah agama, semisal memberikan nasihat, mengumpulkan catatan, berbagai catatan, membahas suatu permasalahan atau berbantah-bantahan sekedar untuk “menampakkan” diri sebagai orang yang berilmu. Ilmu bukanlah diukur dengan seberapa "rajin" seseorang menghadiri majelis ilmu (tanpa menafikan wajibnya menuntut ilmu & menghadiri majelis ilmu) atau seberapa banyak orang memanggil dirinya "ustadz". Tapi ilmu adalah sejauh mana rasa takut seseorang kepada Allah. Yang dengan rasa takutnya itu ia akan senantiasa melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Yang dengan rasa takutnya itu ia akan senantiasa menjaga relung-relung hatinya dari sifat ujub, sombong, hasad, dusta, dan berbagai penyakit hati lain yang dapat membinasakannya. Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu berkata: ﻟﻴﺲ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺑﻜﺜﺮﺓ ﺍﻟﺮﻭﺍﻳﺔ ﻭﻟﻜﻦ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺍﻟﺨﺸﻴﺔ “Ilmu itu bukanlah banyaknya (hafalan) riwayat, melainkan