Tidak ada istilah terlambat untuk menuntut ilmu

25 Muharram 1437H
07 November 2015M

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتهُ

بِسْمِ  ٱللَّهِ  ٱلرَّحْمَـنِ  ٱلرَّحِيم

Tidak ada istilah terlambat untuk menuntut ilmu.

Menuntut ilmu agama adalah amalan yang amat mulia. Lihatlah keutamaan yang disebutkan oleh sahabat Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, “Tuntutlah ilmu (belajarlah Islam) kerana mempelajarinya adalah suatu kebaikan untukmu. Mencari ilmu adalah suatu ibadah. Saling mengingatkan akan ilmu adalah tasbih. Membahas suatu ilmu adalah jihad. Mengajarkan ilmu pada orang yang tidak mengetahuinya adalah sedekah. Mencurahkan tenaga untuk belajar dari ahlinya adalah suatu qurbah (mendekatkan diri pada Allah)”

Imam yang telah sangat masyhur di tengah kita, Imam Asy Shafie rahimahullah berkata,
“Tidak ada setelah berbagai hal yang wajib yang lebih utama dari menuntut ilmu”.

Namun ada yang merasa bahawa ia sudah terlalu tua, malu jika harus duduk di majlis ilmu untuk mendengar para ulama menyampaikan ilmu yang berharga dan akhirnya enggan untuk belajar. Padahal ulama di masa silam, bahkan sejak masa sahabat tidak pernah malu untuk belajar, mereka tidak pernah putus asa untuk belajar meskipun sudah berada di usia senja. Ada yang sudah berusia 26 tahun baru mengenal Islam, bahkan ada yang sudah berusia senja 80 atau 90 tahun, baru mula belajar. Namun mereka-mereka inilah yang menjadi ulama besar kerana disertai ‘uluwwul himmah (semangat yang kuat dalam belajar).

Berikut contoh teladan dari ulama salaf di mana ketika berusia senja, mereka masih semangat dalam mempelajari Islam.

Dari Na’im bin Hammad, ia berkata bahwa ada yang bertanya pada Ibnul Mubarok, “Sampai bila engkau menuntut ilmu?” “Sampai mati InShaAllah”, jawab Ibnul Mubarok.

Dari Ibnu Mu’adz, ia berkata bahwa ia bertanya pada Abu ‘Amr ibnu Al ‘Alaa’, “Sampai bila waktu terbaik untuk belajar bagi seorang muslim?” “Selama hayat masih dikandung badan”, jawab beliau.

Imam Ibnu ‘Aqil berkata, "Aku tidak pernah mensia-siakan waktuku dalam umurku walau sampai hilang lisanku untuk berbicara atau hilang penglihatanku untuk banyak menelaah. Fikiranku masih saja terus bekerja ketika aku beristirahat. Aku tidaklah bangkit dari tempat dudukku kecuali jika ada yang membahayakanku. Sungguh aku baru mendapati diriku begitu semangat dalam belajar ketika aku berusia 80 tahun. Semangatku ketika itu lebih dahsyat daripada ketika aku berusia 30 tahun".

Kata Adz Dzahabiy, “Ibnul Jauzi pernah membaca Wasith di hadapan Ibnul Baqilaniy dan kala itu ia berusia 80 tahun”.

Syaikh ‘Izzuddin bin ‘Abdis Salam adalah ulama yang sudah sangat tersohor dan memiliki lautan ilmu. Pada awalnya, Imam Al ‘Izz sangat miskin ilmu dan beliau baru sibuk belajar ketika sudah berada di usia senja.

Jika kita telah mengetahui teladan di atas dan masih banyak bukti-bukti lainnya, maka seharusnya kita lebih semangat lagi untuk belajar Islam. Dan belajar itu tidak pandang usia. Samada tua atau pun muda sama-sama punya kewajiban untuk belajar.

Imam Asy Shafie rahimahullah berkata,

مَنْ لَا يُحِبُّ الْعِلْمَ لَا خَيْرَ فِيهِ

“Siapa yang tidak mencintai ilmu (agama), tidak ada kebaikan untuknya.”

Daripada Sa'ad bin Abu Waqqas RA, Sabda Nabi SAW:
"Kelebihan ilmu lebih aku sukai daripada kelebihan ibadat. Kebaikan dalam agama kamu ialah warak"
(Hadith Riwayat Al-Hakim)

Ya Allah, berkatilah umur kami dalam ilmu, amal dan dakwah.

Justeru, tuntutlah ilmu...

Ulasan

Catatan popular daripada blog ini

Memuliakan Tetamu dan Jiran

Beza Pendapat Bukan Pecah Belah

Ayat Quran Berkaitan Kawan,Persahabatan Dan Persaudaraan