Hakikat Dien Al Islam Bahagian 3

Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memvonis kafir orang yang memalingkan salah satu macam ibadah kepada selain-Nya. Dia ta’ala berfirman:
“Dan barangsiapa menyembah ilah yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, Maka Sesungguhnya perhitungannya di sisi Rabbnya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada bakal beruntung.” (Q.S. Al Mukminun [23]:117)
Dan firman-Nya Subhanahu Wa Ta’ala:
“…Dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: “Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu; Sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka”. (Q.S. Az Zumar [39]: 8)
Taat dalam tasyri’ yaitu dalam penghalalan dan pengharaman atau penyandaran wewenang pembuatan hukum dan undang-undang adalah termasuk ibadah. Maka siapa memalingkannya kepada selain Allah maka dia musyrik, siapa saja orangnya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (Q.S. At Taubah [9]: 31)
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Dan begitu juga Al Bukhturi berkata: “Sesungguhnya mereka (orang-orang Nashrani) tidaklah shalat kepada mereka (ulama dan para rahib), dan seandainya mereka itu memerintahkannya untuk menyembah mereka tentu mereka tidak bakal mentaatinya, akan tetapi mereka itu memerintahkannya, terus mereka menjadikan apa yang Allah halalkan sebagai keharaman dan yang haram mereka jadikan halal, kemudian mereka itu mentaatinya, sehinggah itulah bentuk rubbubiyah (ketuhanan) tersebut.” [Majmu Al Fatawa 7/67-68]
Al ‘Alamah Muhammad Al Amin Asy Syinqithirahimahullah berkata dalam rangka menjelaskan ayat 121 surat Al An’am: “Ia adalah fatwa dari langit (samawiyyah) dari Sang Pencipta Jalla wa ‘Ala yang mana di dalamnya Dia menegaskan bahwa orang yang mengikuti hukum syaitan yang menyelisihi hukum Ar Rahman adalah orang musyrik terhadap Allah.”
Dan beliau rahimahullah berkata juga: “Maka Rabb langit dan bumi langsung menangani fatwa dengan Dzat-Nya sendiri, kemudian dia menurunkannya berupa Al-Qur’an yang selalu dibaca dalam surat Al An’am seraya dengannya Dia memberitahu makhluk-Nya bahwa setiap orang yang mengikuti aturan, hukum dan undang-undang yang menyelisihi apa yang telah Allah syari’atkan lewat lisan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, maka dia itu musyrik terhadap Allah, kafir lagi menjadikan apa yang diikutinya itu sebagai rabb (tuhan).”
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“…Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus…” (Q.S. Yusuf [12]: 40)
Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam ayat ini menjelaskan bahwa hukum itu termasuk hak-hak khusus uluhiyyah dan bahwa hukum itu adalah dien. Maka siapa yang mengikuti hukum selain Allah maka dia itu telah mengikuti dien selain Islam, sedangkan siapa yang mencari selain Islam sebagai dien, maka tidak akan diterima hal itu darinya dan di akhirat kelak dia termasuk orang-orang yang rugi. Dan siapa yang ridla dengan selain hukum Allah berarti dia telah rela kekafiran sebagai diennya. Siapa yang memalingkan hukum (hak membuat hukum) kepada selain Allah maka dia musyrik. Maka di ketahuilah bahwa demokrasi itu adalah Syirik dan para pendukungnya adalah antara orang-orang musyrik dan pra arbabmusyarri’un (tuhan-tuhan pembuat hukum).
Syaikh Muhammad Ibnu ‘Abdil Wahhabrahimahullah berkata: “Bila amalan-amalanmu seluruhnya untuk Allah maka kamu adalah muwahhid, dan bila di antara amalan itu ada penyekutuan untuk makhluk maka kamu adalah musyrik.” [Ad Durar As Saniyyah: 1/160]
Al Imam Su’ud Ibnu ‘Abdil Aziz Ibnu Muhammad Ibnu Su’ud rahimahullah berkata: “Siapa yang memalingkan sebagian dari (ibadah-ibadah) itu kepada selain Allah, maka dia itu musyrik, sama saja dia itu ahli ibadah atau orang fasiq dan sama saja tujuannya itu baik atau buruk.” [Ad Durar As Saniyyah: 9/270]
Syaikh Abdurrahman Ibnu Hasan rahimahullahberkata: “Sesungguhnya orang yang melakukan Syirik itu telah meninggalkan tauhid, karena sesungguhnya keduanya (syirik dan tauhid) itu adalah dua hal yang kontradiksi yang tidak bisa bersatu, sehingga kapan saja syirik ada maka tauhid hilang.” [Syarah Ashli Dien Al Islam dalam Al-Jami Al Farid: 380]
Beliau berkata juga: “Siapa yang memalingkan sebagiannya kepada selain Allah maka dia musyrik.”[Ad Durar As Saniyyah: 2/161, cetakan pertama]

Catatan popular daripada blog ini

Memuliakan Tetamu dan Jiran

Beza Pendapat Bukan Pecah Belah

Ayat Quran Berkaitan Kawan,Persahabatan Dan Persaudaraan