Bolehkah Solat Sambil Duduk?
Bolehkah solat sambil duduk?
Dari ‘Imron bin Hushoin –beliau penderita penyakit buasir, beliau berkata, “Aku pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai shalat sambil duduk. Beliau bersabda,
ﺇِﻥْ ﺻَﻠَّﻰ ﻗَﺎﺋِﻤًﺎ ﻓَﻬْﻮَ ﺃَﻓْﻀَﻞُ ، ﻭَﻣَﻦْ ﺻَﻠَّﻰ ﻗَﺎﻋِﺪًﺍ ﻓَﻠَﻪُ ﻧِﺼْﻒُ ﺃَﺟْﺮِ
ﺍﻟْﻘَﺎﺋِﻢِ ، ﻭَﻣَﻦْ ﺻَﻠَّﻰ ﻧَﺎﺋِﻤًﺎ ﻓَﻠَﻪُ ﻧِﺼْﻒُ ﺃَﺟْﺮِ ﺍﻟْﻘَﺎﻋِﺪِ
“Jika shalat sambil berdiri, maka itu lebih afdhol.Jika shalat sambil duduk, maka pahalanya separuh dari yang berdiri. Barangsiapa shalat sambil tidur, itu separuh dari pahala orang yang duduk.” (HR. Bukhari no. 1115)
Imam Tirmidzi berkata,
ﻫَﺬَﺍ ﻟِﻠﺼَّﺤِﻴﺢِ ﻭَﻟِﻤَﻦْ ﻟَﻴْﺲَ ﻟَﻪُ ﻋُﺬْﺭٌ . ﻳَﻌْﻨِﻰ ﻓِﻰ ﺍﻟﻨَّﻮَﺍﻓِﻞِ ﻓَﺄَﻣَّﺎ ﻣَﻦْ
ﻛَﺎﻥَ ﻟَﻪُ ﻋُﺬْﺭٌ ﻣِﻦْ ﻣَﺮَﺽٍ ﺃَﻭْ ﻏَﻴْﺮِﻩِ ﻓَﺼَﻠَّﻰ ﺟَﺎﻟِﺴًﺎ ﻓَﻠَﻪُ ﻣِﺜْﻞُ ﺃَﺟْﺮِ
ﺍﻟْﻘَﺎﺋِﻢِ
“Hadits ini terdapat dalam kitab Shahih. Hal ini berlaku bagi orang yang tidak memiliki uzur dan berlaku dalam shalat sunnah. Barangsiapa yang memiliki uzur karena sakit atau selainnya, maka ia
boleh shalat sunnah sambil duduk dan pahala yang ia peroleh seperti pahala orang yang shalat sambil berdiri.” (Sunan At Tirmidzi no. 372)
Dalil lainnya yang menunjukkan bahwa shalat sunnah boleh sambil duduk dapat dilihat pada hadits berikut,
ﻋَﻦْ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺑْﻦِ ﺷَﻘِﻴﻖٍ ﺍﻟْﻌُﻘَﻴْﻠِﻰِّ ﻗَﺎﻝَ ﺳَﺄَﻟْﺖُ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ ﻋَﻦْ ﺻَﻼَﺓِ
ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ -ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﺑِﺎﻟﻠَّﻴْﻞِ ﻓَﻘَﺎﻟَﺖْ ﻛَﺎﻥَ ﻳُﺼَﻠِّﻰ
ﻟَﻴْﻼً ﻃَﻮِﻳﻼً ﻗَﺎﺋِﻤًﺎ ﻭَﻟَﻴْﻼً ﻃَﻮِﻳﻼً ﻗَﺎﻋِﺪًﺍ ﻭَﻛَﺎﻥَ ﺇِﺫَﺍ ﻗَﺮَﺃَ ﻗَﺎﺋِﻤًﺎ ﺭَﻛَﻊَ
ﻗَﺎﺋِﻤًﺎ ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻗَﺮَﺃَ ﻗَﺎﻋِﺪًﺍ ﺭَﻛَﻊَ ﻗَﺎﻋِﺪًﺍ .
Dari ‘Abdullah bin Syaqiq Al ‘Uqoili, ia berkata, “Aku pernah bertanya pada Aisyah mengenai shalat malam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Lantas ‘Aisyah menjawab, “Beliau shalat malam amat lama sambil berdiri dan kadang sambil duduk. Jika beliau melaksanakan shalat malam dengan
berdiri ketika membaca surat, maka demikian pula
ketika ruku’. Jika beliau melakukan shalat malam
dengan duduk ketika membaca surat, maka
demikian pula ketika ruku’.“(HR. Muslim no. 730)
Al Hasan Al Bashri berkata,
ﺇِﻥْ ﺷَﺎﺀَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﺻَﻠَّﻰ ﺻَﻼَﺓَ ﺍﻟﺘَّﻄَﻮُّﻉِ ﻗَﺎﺋِﻤًﺎ ﻭَﺟَﺎﻟِﺴًﺎ ﻭَﻣُﻀْﻄَﺠِﻌًﺎ .
“Jika seseorang mau, ia boleh shalat sunnah sambil
berdiri, duduk atau berbaring.” (Sunan At Tirmidzi
no. 372)
Intinya di sini, shalat sunnah boleh dikerjakan
sambil duduk meskipun tidak dalam keadaan capek.
Namun tentu saja, shalat dalam keadaan berdiri
ketika mampu dan kuat, itu yang lebih utama dan
mendapatkan pahala berlebih. Sedangkan shalat
wajib diharuskan dengan berdiri ketika mampu
berdiri. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
kepada ‘Imron bin Al Hushoin,
ﺻَﻞِّ ﻗَﺎﺋِﻤًﺎ ، ﻓَﺈِﻥْ ﻟَﻢْ ﺗَﺴْﺘَﻄِﻊْ ﻓَﻘَﺎﻋِﺪًﺍ ، ﻓَﺈِﻥْ ﻟَﻢْ ﺗَﺴْﺘَﻄِﻊْ ﻓَﻌَﻠَﻰ
ﺟَﻨْﺐٍ
“Shalatlah dalam keadaan berdiri. Jika tidak
mampu, kerjakanlah dalam keadaan duduk. Jika
tidak mampu lagi, maka kerjakanlah dengan tidur
menyamping” (HR. Bukhari no. 1117)
Ibnu Qudamah dalam Al Mughni (1: 813) berkata,
“Orang sakit jika shalat sambil berdiri dan membuat
sakitnya bertambah parah, maka ia boleh shalat
sambil duduk. Para ulama sepakat (berijma’) bahwa
orang yang tidak mampu berdiri, maka ia boleh
shalat sambil duduk.”
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz berkata,
“Tidaklah mengapa seorang muslim mengerjakan
shalat sunnah sambil duduk meskipun dia dalam
kondisi sehat. Jadi, diperbolehkan shalat sunnah
sambil duduk. Sedangkan untuk shalat wajib, tidak
diperbolehkan dikerjakan sambil duduk jika mampu
shalat sambil berdiri. Namun untuk shalat malam,
shalat dhuha, shalat sunnah rawatib boleh
dikerjakan sambil duduk meskipun dalam kondisi
sehat wal afiat. Dengan alasan malas atau badan
capek boleh shalat sambil duduk. Aisyah
mengatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di akhir hidup beliau sering shalat sunnah sambil duduk.”
Dari ‘Imron bin Hushoin –beliau penderita penyakit buasir, beliau berkata, “Aku pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai shalat sambil duduk. Beliau bersabda,
ﺇِﻥْ ﺻَﻠَّﻰ ﻗَﺎﺋِﻤًﺎ ﻓَﻬْﻮَ ﺃَﻓْﻀَﻞُ ، ﻭَﻣَﻦْ ﺻَﻠَّﻰ ﻗَﺎﻋِﺪًﺍ ﻓَﻠَﻪُ ﻧِﺼْﻒُ ﺃَﺟْﺮِ
ﺍﻟْﻘَﺎﺋِﻢِ ، ﻭَﻣَﻦْ ﺻَﻠَّﻰ ﻧَﺎﺋِﻤًﺎ ﻓَﻠَﻪُ ﻧِﺼْﻒُ ﺃَﺟْﺮِ ﺍﻟْﻘَﺎﻋِﺪِ
“Jika shalat sambil berdiri, maka itu lebih afdhol.Jika shalat sambil duduk, maka pahalanya separuh dari yang berdiri. Barangsiapa shalat sambil tidur, itu separuh dari pahala orang yang duduk.” (HR. Bukhari no. 1115)
Imam Tirmidzi berkata,
ﻫَﺬَﺍ ﻟِﻠﺼَّﺤِﻴﺢِ ﻭَﻟِﻤَﻦْ ﻟَﻴْﺲَ ﻟَﻪُ ﻋُﺬْﺭٌ . ﻳَﻌْﻨِﻰ ﻓِﻰ ﺍﻟﻨَّﻮَﺍﻓِﻞِ ﻓَﺄَﻣَّﺎ ﻣَﻦْ
ﻛَﺎﻥَ ﻟَﻪُ ﻋُﺬْﺭٌ ﻣِﻦْ ﻣَﺮَﺽٍ ﺃَﻭْ ﻏَﻴْﺮِﻩِ ﻓَﺼَﻠَّﻰ ﺟَﺎﻟِﺴًﺎ ﻓَﻠَﻪُ ﻣِﺜْﻞُ ﺃَﺟْﺮِ
ﺍﻟْﻘَﺎﺋِﻢِ
“Hadits ini terdapat dalam kitab Shahih. Hal ini berlaku bagi orang yang tidak memiliki uzur dan berlaku dalam shalat sunnah. Barangsiapa yang memiliki uzur karena sakit atau selainnya, maka ia
boleh shalat sunnah sambil duduk dan pahala yang ia peroleh seperti pahala orang yang shalat sambil berdiri.” (Sunan At Tirmidzi no. 372)
Dalil lainnya yang menunjukkan bahwa shalat sunnah boleh sambil duduk dapat dilihat pada hadits berikut,
ﻋَﻦْ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺑْﻦِ ﺷَﻘِﻴﻖٍ ﺍﻟْﻌُﻘَﻴْﻠِﻰِّ ﻗَﺎﻝَ ﺳَﺄَﻟْﺖُ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ ﻋَﻦْ ﺻَﻼَﺓِ
ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ -ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﺑِﺎﻟﻠَّﻴْﻞِ ﻓَﻘَﺎﻟَﺖْ ﻛَﺎﻥَ ﻳُﺼَﻠِّﻰ
ﻟَﻴْﻼً ﻃَﻮِﻳﻼً ﻗَﺎﺋِﻤًﺎ ﻭَﻟَﻴْﻼً ﻃَﻮِﻳﻼً ﻗَﺎﻋِﺪًﺍ ﻭَﻛَﺎﻥَ ﺇِﺫَﺍ ﻗَﺮَﺃَ ﻗَﺎﺋِﻤًﺎ ﺭَﻛَﻊَ
ﻗَﺎﺋِﻤًﺎ ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻗَﺮَﺃَ ﻗَﺎﻋِﺪًﺍ ﺭَﻛَﻊَ ﻗَﺎﻋِﺪًﺍ .
Dari ‘Abdullah bin Syaqiq Al ‘Uqoili, ia berkata, “Aku pernah bertanya pada Aisyah mengenai shalat malam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Lantas ‘Aisyah menjawab, “Beliau shalat malam amat lama sambil berdiri dan kadang sambil duduk. Jika beliau melaksanakan shalat malam dengan
berdiri ketika membaca surat, maka demikian pula
ketika ruku’. Jika beliau melakukan shalat malam
dengan duduk ketika membaca surat, maka
demikian pula ketika ruku’.“(HR. Muslim no. 730)
Al Hasan Al Bashri berkata,
ﺇِﻥْ ﺷَﺎﺀَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﺻَﻠَّﻰ ﺻَﻼَﺓَ ﺍﻟﺘَّﻄَﻮُّﻉِ ﻗَﺎﺋِﻤًﺎ ﻭَﺟَﺎﻟِﺴًﺎ ﻭَﻣُﻀْﻄَﺠِﻌًﺎ .
“Jika seseorang mau, ia boleh shalat sunnah sambil
berdiri, duduk atau berbaring.” (Sunan At Tirmidzi
no. 372)
Intinya di sini, shalat sunnah boleh dikerjakan
sambil duduk meskipun tidak dalam keadaan capek.
Namun tentu saja, shalat dalam keadaan berdiri
ketika mampu dan kuat, itu yang lebih utama dan
mendapatkan pahala berlebih. Sedangkan shalat
wajib diharuskan dengan berdiri ketika mampu
berdiri. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
kepada ‘Imron bin Al Hushoin,
ﺻَﻞِّ ﻗَﺎﺋِﻤًﺎ ، ﻓَﺈِﻥْ ﻟَﻢْ ﺗَﺴْﺘَﻄِﻊْ ﻓَﻘَﺎﻋِﺪًﺍ ، ﻓَﺈِﻥْ ﻟَﻢْ ﺗَﺴْﺘَﻄِﻊْ ﻓَﻌَﻠَﻰ
ﺟَﻨْﺐٍ
“Shalatlah dalam keadaan berdiri. Jika tidak
mampu, kerjakanlah dalam keadaan duduk. Jika
tidak mampu lagi, maka kerjakanlah dengan tidur
menyamping” (HR. Bukhari no. 1117)
Ibnu Qudamah dalam Al Mughni (1: 813) berkata,
“Orang sakit jika shalat sambil berdiri dan membuat
sakitnya bertambah parah, maka ia boleh shalat
sambil duduk. Para ulama sepakat (berijma’) bahwa
orang yang tidak mampu berdiri, maka ia boleh
shalat sambil duduk.”
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz berkata,
“Tidaklah mengapa seorang muslim mengerjakan
shalat sunnah sambil duduk meskipun dia dalam
kondisi sehat. Jadi, diperbolehkan shalat sunnah
sambil duduk. Sedangkan untuk shalat wajib, tidak
diperbolehkan dikerjakan sambil duduk jika mampu
shalat sambil berdiri. Namun untuk shalat malam,
shalat dhuha, shalat sunnah rawatib boleh
dikerjakan sambil duduk meskipun dalam kondisi
sehat wal afiat. Dengan alasan malas atau badan
capek boleh shalat sambil duduk. Aisyah
mengatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di akhir hidup beliau sering shalat sunnah sambil duduk.”